Beranda | Artikel
Adab Dan Akhlak Terhadap Orang Sakit
Rabu, 25 Desember 2013

MAKALAH SEMINAR

SERIAL KAJIAN KESEHATAN ISLAM KE-2

MASJID IBNU SINA FK UGM

ADAB DAN AKHLAK TERHADAP ORANG SAKIT

Oleh: dr. Raehanul Bahraen

Orang yang sakit sangat membutuhkan perhatian lebih dari kita yang dianugrahi kesehatan. Lebih-lebih penyakitnya agak parah, jiwa mereka sedang labil dan butuh penguatan jiwa, butuh hiburan serta  nasehat agar bersabar dan berharap pahala. Oleh karena itu Agama Islam yang mulia sangat memperhatikan keadaan orang sakit. Berikut beberapa adab dan akhlak berkaitan denga orang sakit serta beberapa contoh aplikasi dan pengalaman kami sebagai petugas medis sesuai kenyataan di lapangan.

 

>>Menghibur dan memberikan nasihat kesabaran kepada orang sakit

Ini  peran kita ketika menjenguk dan menjaga orang sakit, mereka sangat butuh hiburan, teman mengobrol untuk melupakan sejenak sakitnya. Akan tetapi yang paling penting adalah kita ingatkan tentang akhirat dan pahala yang sangat besar diakhirat kekal, dunia abadi yang tidak bisa dibandigkan dengan dunia.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب ٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas“. (Surat Az Zumar : 10).

Kita menghibur dengan hadits-hadits berikutnya:

Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُودَهُمْ قُرِضَتْ بِالْمَقَارِيضِ مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ.

Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di dunia, karena mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di dunia.[1]

 

Dan beliau shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ، حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ

“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”[2]

 

Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

“Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.”[3]

 

Menghibur dengan doa ketika menjenguk:

                                                             لاَ بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ.

 “Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, insya Allah.” [4]

Contoh Aplikasinya:

Ketika rasa sakit agak mereda atau pasien baru bangun tidur, kita ajak ngobrol ringan dan sedikit ajak bercanda. Karena terlalu serius juga bisa membuat pasien jenuh. Jangan lupa coba ajak pasien jika mampu berjalan-jalan sekitar kamar atau diluar kamar boleh sambil membawa infus jika memang bisa. Agar pasien tidak jenuh. Kita berusaha memasukkan kegembiraan kepada saudara muslim kita.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

أفضل الأعمال أن تدخل على أخيك المؤمن سرورا

Sebaik-baik amal Shalih adalah agar engkau memasukkan kegembiraan kepada saudaramu yang beriman”[5]. 

 

>>banyak bersabar dan memohon agar diberikan kesabaran merawat orang sakit

Memang menjaga dan menunggu orang sakit memang butuh kesabaran ekstra, melayaninya, mengambilkan sesuatu, kurang tidur sampai mengurus ketika ia BAB dan BAK. Ini sangat menguras tenaga dan banyak menghabiskan waktu.

. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,

وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”[6]

 

Contoh aplikasinya:

Menjaga orang sakit terutama sendiri bisa dibilang cukup melelahkan, apalagi yang dijaga adalah anak kecil. Sehingga ada yang bilang, kalau anak kecil sakit maka orang tua yang jaga  sakit. Karena mereka juga kurang tidur, sering bangun tengah malam. Belum lagi terkadang yang sakit agak manja, belum duduk sebentar sudah dipangil oleh yang sakit untuk ambil ini ambil itu atau perbaiki keadaan tubuhnya.

Belum lagi mengurus orang yang sudah agak berumur, terkadang harus “mencebok”, membersihkan “iler”, “ingus” dan lain-lainnya. Terlebih lagi orang tua kita, kita harus banyak bersabar menjaga mereka ketika sakit.

Terlabih lagi orang yang sakit terkena sakti stroke dengan hampir lumpuh total, maka mulai dari proses memandikan, melap badan, menggendong dan mengantakan bolak-balik ke kamar mandi, serta harus bersabar dengan ucapannya yang tidak jelas atau ngelantur bahkan emosinya tidak stabil bisa marah-marah sendiri.

Hal yang lain misalnya:

-terpaksa tidur dilantai bawah

-makan seadanya

-menunggu atau tidur diluar ruangan operasi atau ICU

 

>>Hendaknya penunggu pasien juga memperhatikan waktu yang banyak ia habiskan dan berusaha untuk “mencuri waktu” untuk ibadah dan ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang”.[7]

 

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menukilkan perkataan Imam Syafi’i rahimahullah, beliau berkat,

صَحِبْتُ الصُّوفِيَّةَ فَلَمْ أَسْتَفِدْ مِنْهُمْ سِوَى حَرْفَيْنِ: أَحَدُهُمَا قَوْلُهُمْ: الْوَقْتُ سَيْفٌ، فَإِنْ قَطَعْتَهُ وَإِلَّا قَطَعَكَ “.

“Saya menemani orang sufi, aku tidak mendapat manfaat kecuali dua, salah satunya: Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu”[8]

 

Maka salah satu nasehat yang ditekankan ulama adalah mengisi dan “mencuri waktu” untuk Al-Quran. Karena AL-Quran memang bisa mengobati kesedihan, kegelisahan hati serta bisa mengobati penyakit fisik. Ini berlaku untuk semua Ayat dalam Al-Quran.

Allah Ta’ala berfirman,

وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar/kesembuhan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra`: 82)

 

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syingkiti rahimahullahu menafsirkan,

هو شفاء يشمل كونه شفاء للقلب من أمراضه ; كالشك والنفاق وغير ذلك، وكونه شفاء للأجسام إذا رقي عليها به، كما تدل له قصة الذي رقى الرجل اللديغ بالفاتحة، وهي صحيحة مشهورة

“ini adalah penawar/kesembuhan yang mencakup penawar hati dari penyakit-penyakitnya seperti ragu-ragu, kemunafikan dan lainnya. Dan juga mencakup penawar bagi penyakit badan jika diruqyah pada badan. Sebagaimana ditunjukkan pada kisah seorang laki-laki yang tersengat kalajengking kemudian diruqyah dengan Al-Fatihah. Kisah ini adalah shahih dan masyhur.”[9]

 

Contoh aplkasi:

Kadang ketika pasien tertidur atau istirahat, kita bisa membaca  Al-Quran atau menghapalkan, bisa menyembuhkan penyakit hati kita dan penyakit badan pada pasien. Atau saat pasien dibawa masuk ruang operasi berjam-am, kita menunggu dengan membaca Al-Quran, menghapalkan doa daripada mengobrol-ngobrol tidak jelas.

Atau membacakan ketika dia sadar, biarkan yang sakit mendengarnya atau menyimaknya, jika perlu kita bacakan arti dan terjemahannya, semoga ia menjadi sabar dan diberi ketenangan hati. Kita bisa memilih ayat-ayat mengenai kesabaran dan peringatan bahwa dunia ini tidak ada apa-apanya dengan siksa di akhirat nanti.

 

>>Berdakwah kepada Allah dan agama kepada orang sakit

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأن يهدي الله بك رجلا واحد خير لك من حمر النعم

“Allah memberi petunjuk kepada satu orang melalui perantaraanmu itu lebih baik daripada seekor unta merah.”[10]

 

Contoh aplikasi:

Jiwa orang sakit sangat labil, ia akan mendengarkan apa saja masukan dari orang yang memberikan perhatian atau ia sangat berharap pada orang tersebut, misalnya dokter atau orang yang setia menemani dan membantunya selama sakit.

Jelaskan tetap jaga shalat selama sakit, ingatkan ketika waktu shalat, jika tertidur pulas atau istirahat bisa dijamak shalatnya. Jangan sampai ia lewatkan waktu shalat karena amal tergantung dengan shalatnya.

Bahkan ini dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Anas bin Malik meriwayatkan, ‘Bahwasanya ada seorang anak muda Yahudi yang pernah menjadi pembantu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia sakit, lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam datang menjenguknya. Kemudian beliau bersabda, ‘Masuklah Islam! Maka dia pun masuk Islam.[11]

 

>>Hendaknya pula penunggu pasien membiasakan untuk berdzikir dan mengingatkan pasien untuk berdizkir.

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)

Syaikh Prof. Abdullah Al-Jibrin rahimahullah berkata,

Demikian juga kami nasehatkan agar banyak berdzikir,  berdoa dan berharap kesembuhan kepada Allah, agar Allah menyembuhkan orang yang sakit dari kaum muslimin, menghilangkan kesedihan, kegelisahan dan kesusahkan mereka. Wallahu a’lam [12]

 

Contoh aplikasi:

Berdizkir sangat mudah, ingatkan orang yang setiap waktu untuk berdzikir, kalimat yang mudah-kalimat yang ringkas, insyaAllah ia akan selalu ingat. Apalagi pasien dengan kesadaran yang lemah, ini perlu terus diingatkan. Asalkan janga ramai-ramai mengingatkan seperti majelis dzikir jamaah, maka ini membuat ribut dan bahkan membuat pasien takut karena ia mengira ia sudah hampir meninggal.

 

 

>>Hendaknya penunggu pasien juga berusaha menghapalkan doa-doa kesembuhan dan mengajarkan kepada pasien.

Misalnya:

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Nabi  shallallahu ‘alaih wa sallam menjenguk sebagian keluarganya (yang sakit) lalu beliau mengusap dengan tangan kanannya sambil membaca,

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ، اشْفِ، أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاءُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

“Ya Allah, Rabb seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini. Sembuhkanlah, Engkau adalah Dzat yang Maha Menyembuhkan. (Maka) tidak ada obat (yang menyembuhkan) kecuali obatmu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.”[13]

Atau mengajarkan doa kesembuhan yang dibaca oleh pasien.

dari Utsman bin Al-Ash radhiallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia pernah mengeluhkan penyakitnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  tentang penyakit ditubuhnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

ضع يدك على الذي تألم من جسدك و قل باسم الله ثلاثا و قل سبع مرات أعوذ بالله و قدراته من شر ما أجد و أحاذر

“Letakkan tanganmu dibagian tubuh yang sakit, lalu ucapkanlah, “bismillah” tiga kali, lalu ucapkan sebanyak tujuh kali “A’udzu billahi wa qudrootihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir”, “Aku memohon perlindungan kepada Allah dengan kemuliaan dan kekuasaannya dari segala keburukan yang kudapatkan dan kukhawatirkan.”[14]

Doa yang lainnya:

أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Penguasa Arsy yang agung untuk menyembuhkanmu. Dibaca tujuh kali.” [15]

 

Masih banyak adab yang lain, misalnya:

-menanyakan ada hutang puasa nadzar atau Ramadhan atau tidak?

-menjenguk lawan jenis, boleh jika tidak menimbulkan fitnah dan dengan keberadaan mahram

– Sunnah menghadapkan orang yang sakit ke arah kiblat ketika akan meninggal

-boleh menjenguk orang kafir dengan tujuan menampakkan akhlak Islam dan mendakwahkan

-memperhatikan waktu menjenguk

-jangan lama-lama menjenguk orang sakit

-jangan memaksa orang sakit menceritakan sakitnya dengan lama dan mengulang-ulangi

-dudk menjenguk di posisi dekat kepada karena lebih akrab sebagaimana hadits

-jangan menakut-nakuti pasien, jika perlu kita “berbohong” dengan “tauriyah”

 

Demikian semoga bermanfaat.

 

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam

 

@Pogung Lor, Yogyakarta Tercinta

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

 

silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan   follow twitter

 


[1] HR. Baihaqi: 6791, lihat ash-Shohihah: 2206.

[2] HR. Muslim no. 2572

[3] HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399

[4] HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 10/ 118.

[5] HR.Ibnu Abi Dunya dan dihasankan olah Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ush Shaghir no. 1096

[6] HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421

[7] HR. Bukhari no.6412

[8] Al-Jawabul Kaafi hal. 156, Darul Ma’rifah, beirut, 1418 H, syamilah

[9] Adwa’ul Bayan 3/181, Darul Fikr, Beirut, 1415 H, Syamilah

[10] HR. Bukhari: 3701

[11] HR. Bukhari no.5657

[12] Fatawa Asy-Syar’iyyah fi masa’ilit thibbiyah 1/32

[13] Muttafaqun ‘alaih

[14] HR. Muslim no.2202

[15] Lihat Shahîh Adabil-Mufrad, 416


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/adab-dan-akhlak-terhadap-orang-sakit.html